FOOD CHOICES 2016 DOCUMENTARY BY MICHAL SIEWIERSKI

Hai semuaa... Ada yang sudah nonton video Food Choices 2016 Documentary by Michal Siewierski belum? Ini aku kasih linknya yaa https://www.youtube.com/watch?v=6hJNayG6dxk
Di blog ini aku mau share ke kalian ringkasan dari video itu. Selamat membaca dan semoga bisa diterapkan sama kalian ya. 
Hasil gambar untuk plant based
       Dewasa ini, kebanyakan orang bersikap konsumtif terhadap makanan namun juga memiliki keinginan untuk hidup sehat. Misalnya ketika di supermarket dimana konsumen ditawarkan begitu banyak jenis makanan namun sayangnya mereka kurang mengerti dengan label nutrisi yang terdapat di masing-masing produk pangan tersebut hingga akhirnya menjadi misinformation. Mereka (konsumen) memiliki kecenderungan tertarik pada kemasan produk yang menarik dan berwarna-warni. Lalu seringkali juga konsumen dibuat bingung dengan informasi yang bertentangan tentang makanan, diet, dan supplement, sehingga membuatnya sulit untuk menentukan mana yang terbaik untuknya antara makanan yang dapat mendukung kesehatannya dan makanan yang berpotensi menyebabkan penyakit. Oleh karena itu filmmaker melakukan wawancara kepada beberapa orang yang memiliki pengalaman terbaiknya dalam hal perubahan pola hidup baik melalui makanan yang sehat.
       Menurut Dr. Pamela A.Poppe, PhD,ND (Diet exoert and founder of the Wellness forum), terdapat beberapa orang yang masih beranggapan bahwa menu diet untuk setiap orang berbeda-beda. Namun menurutnya, hal itu tidak benar melainkan penyataan yang tepat adalah adanya perbedaan diet untuk manusia dan hewan. Diet terbaik yang diperuntukkan untuk manusia menurutnya adalah plant based, karena hampir semua kalori yang rendah lemak dan tinggi serat berasal dari buah, sayur, biji-bijian, dan legum terlebih jika keempat jenis bahan pangan tersebut tidak banyak melalui proses pengolahan.
Dr. T. Colin Campbel, PhD (Professor Emeritus of Nutritional Biochemistry at Comell University-Author of the The China Study) mengatakan bahwa pemahaman tentang nutrisi menjadi hal yang sedikit membingungkan. Dalam dunia kedokteran maupun medical research jga tidak dapat menjelaskan dengan tepat istilah nutrisi tersebut. Kemudian Joe Cross (Filmmaker and wellness advocate) juga mengatakan bahwa saat ini kita hidup di kondisi yang ekstrem dimana sebanyak 27% orang meninggal karena penyakit jantung. 25% kanker, 10% stroke, dan 4-5% diabetes dan Alzheimer’s. Hal ini menjelaskan bahwa penyakit bisa muncul karena ketidakpedulian kita terhadap asupan nutrisi dan pemilhan lifestyle yang buruk.
Terdapat banyak teori yang menjelaskan tentang dietary dengan cara pandang yang berbeda-beda, Namun faktanya menurut Ashlee Piper (TV personality and eco-lifestyle expert) adalah memilih menu diet yang kaya akan plant based merupakan menu yang terbaik untuk memberikan efek kesehatan. Dari beberapa orang yang Joe Cross temui tidak ada yang tidak mengerti bahwa sayur dan buah sangat bagus untuk kesehatan mereka. Namun disini yang terpenting menurutnya adalah bukan masalah mengerti hal tersebut atau tidak namun bagaimana mereka menerapkan hal tersebut.
Dr. John A. McDougall, MD (Physician, nutrition expert and author “The Starch Solution” mengatakan saat ini hampir di seluruh dunia ketika orang-orang mulai menjadi kaya, mereka mulai meninggalkan bahan pangan pati-patian dan beralih pada daging dan dairy food untuk mengikuti arus perkembangan lifestyle. Dengan keputusannya tersebut sehingga tidak dipungkiri bila mereka yang sering mengonsumsi daging akan mudah mengalami penyakit jantung, obesitas, dan penyakit lainnya. Jika memang demikian lalu mengapa masih saja banyak orang yang terlihat sehat meskipun diet mereka daging, telur, dan dairy food lainnya. Pertanyaan ini kemudian dijawab oleh Dr. John A. McDougall, MD bahwa kondisi tersebut merupakan pengecualian khusus untuk populasi manusia yang hidup di daerah ekuator atau orang eskimo yang mayoritasnya adalah karnivor dimana memang ketersediaan pangan di llingkungan yang bersuhu ekstrem itu hanya ada daging-dagingan.
Manusia memang diciptakan sebagai makhluk nomor satu dibandingkan makhluk hidup lainnya. Itulah mengapa manusia memiliki kekuasaan untuk menanam buah, sayur, kacang-kacangan, biji-bijian, dan plant food lainnya. Lalu penyataan bahwa manusia adalah makhluk pemburu dan pengumpul (hunter gatherers) juga memang benar adanya. Menurut Dr. John A. McDougall, MD, gatherers yang memang bertugas untuk menyediakan kalori adalah kaum wanita, anak-anak, dan kakek-nenek.
Selanjutnya, jika memang diet yang terbaik untuk manusia adalah plant based, lalu bagaimana bisa manusia dapat bertahan hidup jika asupan nutrisi, seperti protein, kalsium, dan omega 3 tidak tercukupi melainkan hanya melalui plant based saja? Menurut Dr. Michael Greger (Physician, nutrition expert, and author Founder of NutritionFacts.org), sangat tidak mungkin jika diet dari plant based bisa tidak mencukupi asupan protein kita. Dr. John A. McDougall, MD juga menambahkan bahwa kekurangan protein dalam diet kita tidak akan jadi masalah besar jika memang dalam jumlah kalori dalam diet kita sendiri sudah tercukupi. Dr. Pamela A.Poppe, PhD,ND mencoba menjelaskan dengan meninjau kembali sejarah pada tahun 1839, yaitu saat pertama kali ditemukannya komponen protein dalam makanan, dimana dari penemuan tersebut sangat jelas menyatakan bahwa manusia yang tidak perlu mendapatkan asupan protein yang berlebih, karena jika mereka bersikeras untuk tetap memenuhinya maka akan menimbulkan banyak penyakit. Sesungguhnya manusia hanya memerlukan protein dalam jumlah yang kecil dari kalori, yaitu kira-kira hanya sebesar 2,5-3% dari jumlah kalori. Menurutnya, jika kita mengonsumsi makanan plant based yang kandungan proteinnya paling rendah, seperti nasi maka kita telah mendapatkan asupan protein sebesar 8-9%. Oleh karena itu sangat tidak mungkin jika kita akan mengalami kekurangan protein. Suatu kebiasaan terjadi ketika dalam satu piring (meal) kita terdapat daging berukuran besar dan sedikit sayuran maka kelebihan protein dalam tubuh tersebut justru akan mengakibatkan penyakit ginjal, hati, jantung, dan berpotensi kanker.
Menurut Dr. T. Colin Campbel, PhD, protein hewani dapat meningkatkan tekanan darah dan jantung karena protein hewani dapat memproduksi radikal bebas dimana molekul reaktif yang dihasilkan dapat menstimulasi penuaan dini dan mendorong pembentukan sel kanker, seperti misalnya stimulasi hormon estrogen yang dapat mempercepat proses pembentukan sel kanker payudara. Selain itu protein hewani tersebut juga dapat mengubah microflora dalam usus kita jika mengonsumsi terlalu banyak protein. Dr. Michael Greger mengatakan bahwa makanan yang sudah melalui proses pengolahan dan animal foods umumnya lebih banyak mengandung kalori, sodium, kolesterol, dan lain sebagainya.
Dewasa ini, banyak orang yang biasanya konsumsi daging merah mulai beralih pada daging putih, seperti unggas dan ikan. Dr. John A. McDougall, MD mengatakan bahwa ketiganya memiliki kesamaan, yaitu mengandung lemak, protein, dan kolesterol tinggi, tidak memiliki kandungan serat, dan mudah terkontaminasi. Berikutnya menurut Dr. Pamela A.Poppe, PhD,ND, mengatakan bahwa efek kesehatan dari protein dan lemak itu bukan berasal dari jenis hewani atau nabati namun tergantung pada dosis yang masuk ke dalam tubuh. Menurutnya, ikan tidak sehat untuk dikonsumsi karena ikan mengandung lemak yang lebih tinggi dibandingkan dari ayam dan babi. Selain itu ketika di laut, biasanya ikan akan memakan segala sesuatu yang mudah sudah tercemar oleh merkuri, misalnya seperti ikan tuna. Banyak kardiologis yang menyarankan untuk mengonsumsi ikan bahkan minyak ikan dengan tujuan untuk meningkatkan kolesterol hdl dalam tubuh. Pernyataan ini memang benar, namun menurut Dr. Pamela A.Poppe, PhD,ND berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap populasi manusia yang rendah terhadap potensi penyakit jantung memiliki kadar total kolesterol, baik ldl kolesterol maupun HDL kolesterolnya tetap rendah. Jadi alasan mengonsumsi ikan untuk meningkatkan HDL kolesterol itu tidak perlu dilakukan.
Di masa anak-anak, susu dikenal menjadi sumber kalsium yang penting untuk pertumbuhan. Menurut Dr. Pamela A.Poppe, PhD,ND, buah jeruk mengandung kalsium sebanyak 110 mg dan jika asupan kalsium kita sebanyak 500 mg per hari maka sama saja kebutuhan kalsium harian kita sudah terpenuhi.  Menurutnya, susu adalah sumber pertumbuhan hormon. Berikutnya menurut Dr. John A. McDougall, MD, diary product dideskripsikan sebagai daging yang berbentuk cair dan dan memiliki kandungan nutrisi yang sama dengan daging merah, yaitu tinggi lemak dan jolesterol serta tidak mengandung serat. Selain itu tingginya asupan kalsium dalam tubuh dapat meningkatkan juga potensi penyakit osteoporosis.
Bahan pangan selanjutnya adalah telur, sebagian besar orang sudah mengenal telur sebagai bahan pangan yang kaya akan protein, mineral, dan lemak, namun ternyata menurut Dr. Michael Greger telur dapat meningkatkan darah, kadar kolesterol tubuh serta potensi penyakit jantung untuk beberapa orang yang berusia menengah atas. Lalu menurut Dr. Toni Bark MD,MHEM,LEED,AP (Pediatrician and integrative medicine practitioner), ayam penghasil telur komersial biasanya diberi pakan jagung atau kedelai yang termodifikasi dan mengandung antibiotik yang mana dapat membuatnya berukuran besar, sefalosporin, dan lebih spesifik. Dengan demikian jika kita mengonsumsi ayam sama saja kita mengonsumsi residu dari pestisida, bt toxin, dan glifosfat.
Omega 3 yang berasal dari minyak ikan sudah lama dipercaya oleh beberapa orang bahwa dapat memberikan efek positif pada kesehatan jantung. Terdapat dua jenis asam lemak yang esensial, yaitu omega 3 (seafood, walnuts, flax seeds, dan beberapa kedelai) dan omega 6 (ayam, babi, daging sapi, dan minyak sayur tak jenuh jamak).  Menurut Dr. Pamela A.Poppe, PhD,ND, seharusnya perbandingan konsumsi omega 3 dan omega 6 adalah 1;1 dan 1:4. Namun kenyataannya, perbandingan yang terjadi adalah 1:20 dan 1:30. Angka ini menunjukkan bahwa sebagian besar orang lebih banyak mengonsumsi omega 6 dibandingkan omega 3. Pilihan untuk mengonsumsi minyak ikan sebagai sumber omega 3 untuk mengimbangi aupan omega 6 bukan menjadi pilihan yang tepat melainkan yang seharusnya diterapkan adalah menurunkan asupan omega 6 dengan tidak mengonsumsi daging-dagingan, ikan, dan minyak sayur. Selanjutnya, Dr. T. Colin Campbel, PhD mengatakan bahwa berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan semakin banyak mengonsumsi omega 3 maka potensi untuk mengalami penyakit diabetes tipe 2 akan semakin besar dan berpotensi juga mengalami kanker. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mengonsumsi supplemen minyak ikan yang mengandung omega 3 tidak diperlukan dalam diet manusia. 
Kebanyakan pria menganggap dirinya perlu banyak mengonsumsi protein daging agar terlihat macho, namun hal itu tidak benar tetapi justru akan membuatnya mengalami disfungsi ereksi. Menurut Dr. Pamela A.Poppe, PhD,ND, jika seorang pria ingin terlihat jantan namun tetap masculine dapat menerapkan plant based diet. Ketika kita mengalami penyakit arteri koroner di salah satu area tubuh maka dapat menyebar ke seluruh tubuh. Jika pembuluh darah yang menuju ke penis berukuran kecil itu tersumbat maka dapat menyebabkan disfungsi ereksi, lalu ketika mencoba untuk mengobatinya justru akan menyebabkan penyakit jantung, stroke, dan penyakit serius lainnya.
        Obesitas selalu berhubungan dengan 60 jenis penyakit kronis lainnya. Mengenai penurunan berat badan dan diet, Dr.John A. MCDougall, MD mengatakan terdapat dua pendekatan yang dapat menjelaskan hal ini. Pendekatan diet yang pertama adalah seseorang yang membiarkan dirinya hingga kelaparan setiap saat yang mana porsi makanan yang dikonsumsinya benar-benar dikontrol. Pendekatan lainnya adalah seseorang yang memilih teknik penurunan berat badannya dengan cara mengonsumsi makanan yang banyak lemak dan protein namun kadar karbohidratnya rendah, namun hal ini yang menyebabkan seseorang mengalami obesitas.
    Selanjutnya, pengurangan asupan karbohidrat yang diyakini oleh beberapa orang dapat menurunkan berat badannya ternyata asumsi ini tidak benar. Menurut Dr.John A. MCDougall, MD, pengurangan jumlah karbohidrat dalam diet kita justru akan menyebabkan penyakit, seperti penyakit arteri, ginjal, hati, dan menghilangkan nafsu makan seseorang. Teknik diet seperti ini justru berbahaya karena seseorang akan benar-benar tidak tertarik lagi dengan makanan. Pengurangan karbohidrat yang masih dapat ditolerir adalah mengurangi konsumsi makanan pencuci mulut yang mengandung tinggi gula dan tepung. 
         Berbicara mengenai vegetarian, menurut Dr. T. Colin Campbel, PhD sebanyak 90% vegetarian masih mengonsumsi dairy products, ikan, telur, dan ayam. Komposisi nutrisi seorang vegetarian sesungguhnya tidak berbeda dengan non vegetarian. Lalu ketika seorang vegetarian mengatakan dirinya adalah fat vegan maka penerapannya adalah tidak mengonsumsi produk hewani dan lemak dari minyak sayur atau olive oil serta beralih pada plant based diet.
         Pada kenyataannya tidak bisa seseorang dikatakan 100% menjalani diet plant based kecuali jika orang tersebut sudah menderita penyakit tertentu yang mana membuat orang tersebut terpaksa untuk menerapkan pola diet seperti itu. Namun cara yang terbaiknya adalah mulai dari melatih diri sendiri untuk menerapkan diet plant based hingga akhirnya preferensi kita akan berubah dan terbiasa untuk melakukan hal itu. Seseorang yang menjalani diet plant based akan mengalami penurunan berat badan secara normal, lebih berenergi, terlihat sehat hingga berusia tua.
    Informasi mengenai nutrisi pangan dari berbagai media tentu berbeda-beda dan sedikit membingungkan konsumen untuk mempercayai infromasi yang tidak bias. Kondisi seperti ini terjadi karena adanya opini yang berbeda dari setiap penulis atau narasumbernya. Informasi yang berasal dari peneliti utama atau sumber primer akan berbeda dengan informasi dari penulis kedua atau sumber sekunder, bahkan terkadang sumber sekunder akan menambahkan opininya tanpa referensi dan kredibilitas supaya tulisan yang dihasilkannya memiliki daya tarik yang lebih dari tulisan sumber primer. Oleh karena konsumen harus lebih teliti dalam memilah informasi nutrisi pangan mana yang lebih dapat dipercaya.
      Dalam dunia medis, tentu obat-obatan menjadi salah satu kebutuhan untuk mencegah dan mengobati beberapa penyakit. Namun kenyataannya, beberapa orang yang mengonsumsi obat-obatan secara berlebihan justru berdampak buruk pada kesehatannya. Oleh karena itu beberapa dokter mulai merekomendasikan pasiennya untuk rajin berolahraga dan mengubah pola makannya untuk beralih pada plant based diet.
          Dr. Michael Greger mengatakan jenis supplemen yang disarankan bagi orang yang menerapkan plant based diet adalah vitamin B12. Namun sifatnya bukan sebagai suplemen melainkan difortifikasikan ke dalam makanan. Karena ketika seseorang mengonsumsi plant based diet hanya terdapat dua vitamin yang tidak cukup terpenuhi, yaitu vitamin D dan vitamin B12. Namun vitamin D dapat diperoleh secara alami dengan berjemur atau berjalan kaki dibawah sinar matahari
          Sebagai seorang atlet Hillary Biscay (Triathlete and Ultraman World Champion) dan Rich Roll (Plant based ultra endurance athlete and author: Finding Ultra) mengatakan bahwa sejak memutuskan untuk menerapkan plant based diet, mereka merasa dirinya menjadi lebih kuat, bugar, cepat, dibandingkan saat mengonsumsi pangan hewani. Kemudian berdasarkan pengalaman D Anthony Evans (Inspirational cancer survivor & Healthy lifestyle enthusiast), dirinya mengaku bahwa penyakit kanker Npst yang selama ini dideritanya dapat sembuh secara alami ketika dirinya memutuskan untuk menerapkan plant based diet. Natalie MCintosh (Founder rawFoodForlife.org wellness advocate and speaker) juga menyampaikan pengalamannya yang pernah mencoba untuk bunuh diri dan dokter mendiagnosa bahwa dirinya menderita depressive disorder namun kemudian dirinya mencoba untuk mendekat dengan alam dan meninggalkan makanan yang telah melalui proses pengolahan dengan eralih pada plant based diet. Setelah menerapkan pola tersebut, dirinya mengaku merasa lebih bahagia dan baik. Umumnya, penerapan plant based diet memerlukan biaya pengeluaran yang lebih besar. Namun jika pola pikir kita fokus pada tujuan yang akan dicapai maka masalah tersebut akan dengan mudah kita lewati, caranya dengan menyisakan biaya pengeluaran kita untuk membeli pakaian untuk membeli bahan pangan plant based.
Menurut Dr. Michael Greger, anak kecil yang diberi asupan plant based akan tumbuh lebih tinggi beberapa inch sedangkan anak yang diberi asupan dari produk hewani akan tumbuh melebar. Selain itu, plant based diet juga dapat menurunkan potensi anak kecil untuk menderita penyakit jantung, diabetes, obesitas, dan lain sebagainya. Cara menerapkan plant based diet pada anak kecil adalah dengan mengajak mereka untuk berbelanja bahan pangan, menyiapkan makanan, dan piknik supaya mereka lebih dekat dengan alam dan mengerti darimana asal bahan pangan tersebut.
           Satu hal yang menjadi pertimbangan banyak orang ketika akan beralih pada plant based diet adalah keberadaan pestisida pada buah dan sayur. Namun sesungguhnya pestisida tersebut bukan menjadi masalah besar yang dapat menghambar seseorang untuk mengonsumsi buah dan sayur. Pestisida tersebut dapat dihilangkan dengan mencuci buah dan sayur sebelum akan dikonsumsi. Meskipun harga buah dan sayur organik mengalami kenaikan ataupun penampilannya yang kurang baik dan lain sebagainya, bukan berarti dapat menghambat seseorang untuk mengonsumsi buah dan sayur karena ini berkaitan dengan pola hidup yang berkelanjutan.
           Perlu diketahui ternyata hewan-hewan ternak dapat melepaskan sebanyak 53% nitrous oxide, 44% gas metana, dan 5% karbondioksida ke atmosfer. Menurut Dr. Richard Oppenlander (Environmental researcher and author of Food Choice and Sustainability), peningkatan produksi hewan ternak, konsumsi ikan dan diary products juga dapat menjadi faktor terjadinya perubahan iklim. Selain itu dewasa ini banyak ikan-ikan besar yang langka diburu oleh manusia dan perlakuan kasar mereka terhadap hewan ternak. Dengan kondisi yang demikian semakin mendorong manusia untuk beralih pada program plant based diet demi menjaga bumi, kesejahteraan hewan, dan keselamatan hidup manusia. 

Komentar

Postingan Populer