REVIEW FOOD PRACTICES AND SOCIAL INEQUALITY CHAPTER. 3

Judul: Making the Most of Less: Food Budget Restraint In A Scandinavian Welfare Society

Adanya krisis ekonomi pada negara Denmark (Skandinavia) di tahun 2008, seperti pemotongan gaji dan pemberhentian pegawai seketika, diyakini dapat mengakibatkan terjadinya perubahan sikap oleh masyarakat. Krisis ekonomi menyerang semua golongan, namun golongan yang paling merasakan dampaknya adalah golongan ekonomi menengah ke bawah. Masyarakat golongan tersebut umumnya akan mengurangi biaya pengeluaran mereka agar dapat menyesuaikan dengan krisis yang dihadapi. Salah satu pengeluaran rumah tangga yang dapat secara fleksibel dibatasi adalah pengeluaran untuk konsumsi makanan. Studi kualitatif ini dilakukan untuk melihat perbedaan pengalaman dan praktik masyarakat dalam mengelola dan memenuhi konsumsi pangan sehari-hari ketika menghadapi hambatan berupa keterbatasan anggaran rumah tangga.

Menurut Bouman terdapat dua istilah yang dapat menggambarkan tingkat kebebasan seseorang dalam menentukan sebuah pilihan, yaitu “t ourist ” (turis) dan “ vagabond ” (gelandangan atau penggangguran). Istilah “t ourist ” menggambarkan seseorang yang berada pada kelas atas yang memiliki kebebasan untuk mencari pengalaman baru dan kesenangan baru sesuai dengan keinginannya. Sementara istilah “vagabond” ini lebih menggambarkan seseorang pada kelas bawah atau kelas pekerja yang tingkat kebebasannya ditentukan oleh kondisi lingkungan sekitarnya.

Wawancara dilakukan kepada beberapa kelas sosio-ekonomi yang berbeda untuk mengetahui mengenai bagaimana pengalaman dan praktik mereka dalam menghadapi kendala anggaran makan dengan berbeda sudut pandang, yaitu berkisar dari dorongan pengembangan diri dan kreativitas, keterlibatan dalam tantangan global, menurunnya kualitas hidup terkait dengan permasalahan pangan, dan adanya rasa ketidakmampuan diri untuk memenuhi kebutuhan pangan.
Perbedaan antara “ touristic ” dengan “ vagabondic ” dalam mengurangi anggaran makanan seringkali memiliki dampak keputusan yang sama, misalnya pemilihan alternatif diskon, peningkatan pemanfaatan produk pangan di tingkat rumah tangga (berdasarkan perspektif lingkungan), yaitu mengembangkan produksi makanan pada level rumah tangga dan pengurangan limbah rumah tangga.

Aturan dan upaya untuk mengubah praktik konsumsi makanan pada masyarakat merupakan hal penting. Menurut Bauman, cara “ touristic ” dan “ vagabondic ” dalam mengatur anggaran makan bukanlah suatu pilihan dari diri sendiri, melainkan bergantung pada kondisi dan situasi kehidupan orang tersebut. Oleh karena itu, bagi orang yang kurang atau tidak memiliki pengalaman “ touristic ” tidak akan terpengaruh pada hal-hal seperti pentingnya pendidikan mengenai strategi memasak makanan sehat, keberlanjutan, dan hemat.

Bauman sendiri pernah dikritik karena kurangnya landasan empiris dalam analisisnya, dan secara spesifik pernah dikatakan bahwa kondisi yang digambarkan oleh Bauman tidak sesuai dengan budaya sosial di negara barat, bahkan di negara Skandinavia sekalipun. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, menunjukkan beberapa kesamaan dengan pemikiran Bauman mengenai faktor yang mempengaruhi kondisi hidup yang tidak aman, contohnya: kondisi kerja yang berfluktuasi, perkembangan harga yang tidak terkendali dan tidak transparan. Selain itu terdapat beberapa faktor yang mendorong seseorang mengalami kondisi hidup yang aman: yaitu memperoleh kesempatan, manfaat sebagai pengangguran, jaminan kesehatan dari pemerintah, prospek dari anak-anak yang meninggalkan rumah dan memilih pendidikan yang didanai negara (dan digaji), serta pilihan untuk mencairkan dana pensiun.

Bauman dikritik karena tidak mengenal kelas sosial. Istilah "t ouristic " dan " vagabondic " dalam analisis ini hanyalah ungkapan dari berbagai kondisi kelas yang berbeda dan merupakan orientasi stabil yang mencerminkan perbedaan antara "rasa kebutuhan" dan "rasa mewah (atau kebebasan)". Meskipun narasumber telah dipilih berdasarkan kelas sosio-ekonomi yang berbeda, analisis menunjukkan bahwa “ touristic ” dan “ vagabondic ” tidak berhubungan dengan perbedaan sosio-ekonomi. Tujuan dari penelitian ini bukan untuk mengidentifikasikan praktik atau pengalaman  "underclass” berdasarkan definisi Bauman, tetapi untuk menganalisis pengalaman dan reaksi terhadap kendala anggaran makan pada populasi yang luas. Sehingga dapat dikatakan bahwa analogi mengenai “ vagabonds ” dan “ tourist ” terbagi berdasarkan preferensi selera, rasa, atau tingkat kesukaan.

Analisis dari negara-negara maju Skandinavia ini dapat diterapkan pada diskusi adanya pengurangan anggaran pangan di negara lain (dengan menyesuaikan konteks tertentu). Dari penelitian ini, dapat digaris bawahi bahwa untuk mendorong penerapan hidup sehat dan keberlanjutan sosial dalam masyarakat dapat dilakukan dengan meningkatkan serta memperkuat inisiatif masyarakat dalam menghadapi pengurangan anggaran.

Komentar

Postingan Populer