Budaya Makanan "Lupis"

Hasil gambar untuk kue lupis
Bagi penggemar jajanan lokal pasar, kue lupis menjadi salah satu pilihan yang wajib untuk dicoba, Kue lapis ini biasa ditemukan dalam kumpulan kue basah lainnya seperti canil, bugis, dan sebagainya, Kue lapis adalah makanan berbentuk segitiga yang terbuat dari ketan yang disajikan dengani siraman gula merah dan taburan kelapa parut. Dengan begitu kue lupis ini memiliki perpaduan cita rasa yang manis dan gurih.
Tradisi lupis raksasa merupakan akulturasi dari kebudayaan Jawa dan Islam dimana tradisi ini dilakukan oleh masyarakat Pekalongan daerah Krapyak pada hari ketujuh setelah Hari Raya Idul Fitri. Berbicara singkat mengenai sejarahnya, seorang ulama daerah Krapyak yang bernama KH Abdullah Sirodj sejak tahun 1855 rutin melaksakan puasa syawal yang mana kebiasaan ini diikuti oleh masyarakat Krapyak. Karena itulah saat hari raya tiba, masyarakat Krapyak tidak saling bersilahturami melainkan menghormati kebiasaan ulama mereka dengan melanjutkan ibadah puasa syawal. Bagi masyarakat Krapyak sajian yang harus ada saat lebaran (hari ke-8 Syawal) adalah lopis yang dibungkus dengan daun pisang lalu diikat dengan serat daun pisang. Menurut ulama KH Abdullah Sirodj, makna dari penyajian lopis ini adalah sebagai lambang persatuan karena lopis sendiri terbuat dari beras ketan yang melambangkan daya rekat yang kuat. Uniknya, lopis ini dibuat dalam ukuran raksasa yaitu memiliki diameter 77 cm, tinggi 177 cm, dan berat kurang lebih 1,3 ton. Selain itu biasanya masyarakat Krapyak membutuhkan waktu 4-5 hari untuk memasak lopis ini. Setelah jadi, lupis ini kemudian diarak oleh masyarakat Krapyak keliling desa lalu berdoa bersama untuk memperingati KH Abdullah Sirodj.Selesai upacara tersebut kemudian lopis dipotong lalu dibagikan kepada seluruh masyarakat setempat yang hadir dalam upacara tersebut. 

Komentar

Postingan Populer